Kongres nasional Partai Nasional Demokrat, dikenal sebagai Nasdem, tengah berlangsung. Sebagai salah satu partai politik (parpol) peserta pemilu 2019, Nasdem memperoleh 12.661.792 suara dan berhak atas 59 kursi di DPR.
Nasdem pun berada di posisi lima besar parpol (suara nasional) setelah PDIP, Golkar, Gerindra, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Perolehan kursi DPR meningkat drastis, dari 36 kursi pada 2014 atau naik sebanyak 63,8 persen.
Dalam pemilihan legislatif (pileg) 2014, Nasdem mendapatkan 8.402.812 atau 6,72 persen suara nasional. Dalam pileg 2019, perolehan suaranya naik menjadi 12.661.792 atau 9,05 persen suara nasional. Perolehan ini pun mampu mendongkrak posisi Nasdem yang awalnya berada di urutan 7 menjadi masuk lima besar suara nasional atau empat besar perolehan kursi DPR.
Minggu sore, Rapat Kerja Nasional Partai Nasdem sepakat untuk kembali memilih Ketua Umum mereka, Surya Paloh, menduduki jabatan yang sama. Secara aklamasi 34 dewan pimpinan wilayah atau DPW tanpa ragu meminta Paloh untuk terus membesarkan partai.
Paloh mengatakan, proses yang ia hadapi tak mudah, apalagi ia menyadari bahwa dirinya sudah tak muda. Jadi, di usianya yang menjelang 70 tahun tersebut, Paloh bercita-cita bahwa partai yang diusungnya akan semakin besar hingga bisa mengusung calon presiden sendiri.
“Usia saya sekarang 68 tahun, sebenarnya harusnya tahu diri juga. Insya Allah saya akan menjalankan amanah ini sebaik-baiknya. Yang saya pastikan, saya ingin memperkuat kerja kolektif,” ujar Paloh.
Kekuatan kolektivitas partai biru tersebut memang terlihat dalam kongres ini. Tak tanggung-tanggung, kelektivitas ditunjukkan dengan kehadiran 1.800 anggota legislatif. Kongres ini disebut-sebut sebagai pemetaan awal pilpres lima tahun mendatang.
Salah satu kepala daerah yang hadir adalah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Emil, begitu ia akrab disapa, digadang-gadang akan menjadi jagoan Nasdem, baik untuk calon presiden (capres) maupun wakil presiden. Namun, ketika ditanya, Emil memilih untuk menjawab diplomatis, “Terlalu jauh kalau buat saya ya karena saya adalah gubernur yang masih baru, masih belum saatnyalah.”
Lalu, siapa yang pantas menjadi capres Nasdem?
Ketua Steering Committee (SC) Kongres II Nasdem, Johnny G. Plate, menyebut ada tujuh DPW Nasdem yang mengusulkan Paloh menjadi capres 2024. Usulan tersebut disampaikan dalam rapat pleno.
“Ada tujuh DPW juga mengusulkan (Surya Paloh) sebagai capres 2024,” kata Johnny di sela-sela acara Kongres II Partai Nasdem di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (9/11/2019).
Hari ini, Kongres II Partai Nasdem menggelar rapat pleno. Namun, menurut Sekjen Partai Nasdem itu, usulan capres 2024 tidak ditetapkan, hanya ditampung dalam rapat pleno.
“Namun, karena agenda calon presiden tidak ditetapkan dalam empat rapat pleno ini, rapat pleno ini hanya menampung. Selanjutnya pembicaraan akan berkembang di rapat komisi dan rapat pleno selanjutnya besok,” ucap Johnny.
Yang menarik adalah, usulan capres 2024 menurut Johnny tidak ditindaklanjuti dalam rapat pleno. Ada apa gerangan? Apakah ada proses yang lebih sengit di internal Nasdem? Tak ada yang mengetahui secara pasti.
Sementara itu, tujuh DPW yang mengusulkan Paloh menjadi capres 2024 di antaranya NTT, Jambi, NTB, Banten, dan Gorontalo.
Empat Gubernur
Masih terkait capres 2024, Ketua DPP Nasdem, Zulfan Lindan, menyebut partainya mengincar empat gubernur yag berpotensi untuk diusung menjadi capres pada 2024. Selain Emil, tiga lainnya adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Gubernur Jawa Tengah Ganjar, Pranowo; dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Lalu, apa kata Paloh?
“Saya pikir Nasdem harus membuka ruang pada semua potensi yang dimiliki anak bangsa ini. Sekali lagi pada semua potensi yang dimiliki anak bangsa ini,” jawabnya.
Paloh mengatakan banyak anak bangsa yang berpotensi diajukan menjadi capres 2024. Partainya enggan terpaku pada satu sosok atau satu kelompok saja.
“Jadi bukan hanya terbatas pada 1 orang, 1 kelompok, 1 representasi, ya miskin kita. Ada pilihan colorfull pelangi, kita pilih black and white. Bodoh sekali kita. Ya kan? Pilihannya colorfull pelangi beraneka ragam warna. Dengan semakin banyaknya pilihan dan alternatif, saya pikir mudah-mudahan dari pilihan-pilihan itu kita cari yang terbaik dari yang baik,” tuturnya.
Nasdem, kata dia, juga enggan berkukuh mengajukan calon dari partai sendiri. Menurut Paloh, jika memang tidak ada kader yang layak diajukan, sosok di luar partai harus diberi kesempatan.
“Nasdem berupaya menuju ke arah sana. Jadi Nasdem harus menyatakan dia harus tahu diri. Ketika kader yang dimiliki dengan seluruh daya upaya, doa, harapan, dan proses pengkaderan yang dilalui tetapi kapasitas yang dimiliki belum sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat, beri kesempatan kepada siapa pun di luar partai,” kata Paloh.
Banyak kalangan menilai, Paloh hanya berbasa-basi. Hasil perolehan pileg dan pilpres 2019 menjadi tanda bahwa keberhasilan partai tersebut karena kemampuannya membaca arah angin. Tentu saja, ia dan Nasdem hanya akan memilih capres yang sesuai dengan “arah angin” tersebut.
Memang, yang sangat kuat sekali terlihat bahwa pusaran politik nasional Indonesia akan berpotensi memunculkan presiden sipil pada 2024. Namun, setelah dua periode presiden sipil, kemungkinan capres dengan latar belakang militer pun bukan sebuah kemustahilan.
Untuk menghadapi fenomena ini, Nasdem sayangnya tak memiliki portofolio militer di kantong mereka. Dan jika figur militer atau eks militer ini semakin menguat menuju 2024, sudah barang tentu Nasdem sangat berpotensi tak bisa mengulang kesuksesan 2019.